Teks Foto : Uly Adininta, salah satu Pertiwi PHR WK Rokan yang berkontribusi dalam pemenuhan energi bagi negeri. ( PHR)
DURI, ( Detikperjuangan.com) – Industri migas dikenal dengan dunia kerja yang maskulin. Namun, wanita juga memainkan peran penting dalam menghadirkan energi bagi negeri, termasuk untuk kegiatan pengeboran, pengoperasian alat berat, maupun aktivitas operasi di wilayah-wilayah terpencil menjadi bagian dari keseharian industri yang vital ini.
Dunia migas tak hanya tentang pria saja, di PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), wanita juga mendapatkan porsi serupa untuk berkontribusi terhadap ketahanan energi.
Seperti Uly Adininta, Pertiwi (pekerja-red) PHR ini membuktikan bahwa perempuan bisa menjadi bagian dalam industri migas. Kartini dari WK Rokan ini memiliki peranan penting dalam tim yang didominasi kaum pria. Bahkan ketika libur Lebaran Idul Fitri sekalipun, Uly tetap berperan dalam operasi yang andal dari WK Rokan.
Tugasnya mulai dari melaksanakan koordinasi mendukung operasi di lapangan untuk persiapan dan pengelolaan kebutuhan operasi, serta sebagai liaison antar tim guna memastikan operasi berjalan lancar dan efektif.
"Untuk pekerjaan dan perencanaan pekerjaan selama 1 minggu ke depan (periode cuti bersama) sudah diselesaikan dan diserahkan kepada rekan yang on duty. Namun saya tetap on call demi energi bagi negeri," ujarnya.
Uly merupakan Operator Representative Field Ops Support yang bertugas di Field Operation Duri. Saat momen lebaran, ia tetap memikirkan bagaimana operasi tetap berjalan lancar dan selamat.
"Waktu masih di tim sebelumnya jadi operator di Central Gathering Station (CGS), saya sering dapat shift pagi saat lebaran, karena jadwalnya bergantian. Jadi lebaran tetap kerja, namun keluarga memahami itu. Operasi di CGS itu harus tetap dimonitor 24 jam," kata Uly.
Bekerja di lingkungan kerja yang didominasi oleh kaum Adam bukan hambatan baginya. Menurut dia, pegawai laki-laki dan perempuan diberikan kesempatan yang sama untuk pembagian porsi pekerjaan maupun pengembangan karir.
"Lingkungan kerja di PHR itu sangat menerapkan Respectful Workplace. Atasan dan rekan kerja sangat menghargai dan memperlakukan kami para pekerja perempuan dengan setara dan hormat. Di tempat kerja saya sekarang kenyamanan kerja pekerja perempuan sangat diperhatikan, contohnya cukupnya kamar mandi/toilet dan tempat beribadah bahkan parkiran kendaraan untuk pekerja perempuan. Pekerja perempuan juga selalu diajak untuk terlibat pada semua kegiatan yang dilaksanakan baik kegiatan operasional dan HSSE. Tentu saja saya pribadi juga harus menjaga etika dan sopan santun serta saling menghargai dan menghormati," ungkapnya.
Lulusan D3 Teknik Elektronika Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung ini mengatakan, perempuan berada di lingkungan kerja yang mayoritas laki-laki bukanlah masalah. Hal itu justru memberikan warna tersendiri dan saling melengkapi. Apalagi, perempuan itu punya perhatian lebih terhadap detail, telaten, luwes, jiwa sosial tinggi, dan terbiasa multitasking.
Dalam penerapan HSSE, Uly punya komitmen kuat untuk memahami, mematuhi dan menerapkan HSSE Golden Rules (patuh, intervensi, dan peduli) dan Corporate Life Saving Rules (CLSR).
"Operasi yang andal dan selamat dihadirkan PHR dengan terus meningkatkan kesadaran diri untuk selalu bekerja dengan selamat dan mematuhi semua peraturan dan perundangan yang berlaku serta ikut melakukan perbaikan berkelanjutan," tutur Uly.
Pengeboran Tetap Berjalan Meski Momen Lebaran
Berbeda dengan Uly, Edi Baskoro yang bertugas di Rig juga memiliki komitmen yang sama. Andi Baskoro bersama timnya rela mengalah untuk tetap fokus dalam kegiatan pengeboran di Pertamina Hulu Rokan (PHR).
Dalam sehari, ia menghabiskan waktu hingga 12 jam untuk memastikan kegiatan pengeboran di Rig Abimanyu 88 Sumur Petani 168 berjalan lancar di mana ini adalah salah satu rig dari 27 rig drilling (pengeboran) yang beroperasi di Wilayah Kerja (WK) Rokan.
“Ini memang sudah menjadi tugas saya yang memilih untuk bekerja di bidang migas. Saya tahu ada tujuan yang lebih besar dan tugas itu ada di pundak saya. Untuk itu saya tidak merasa terbebani, walaupun Hari Raya adalah hari yang sangat istimewa bagi umat Islam dan khususnya bagi keluarga saya,” ucap pria yang menjabat Site Representatives Rig Drilling PHR ini.
Dalam dua minggu ke depan, ia dan timnya memastikan operasi PHR tetap berjalan selama 24 jam.
Sebagai salah satu WK terbesar dan menjadi tulang punggung migas di Indonesia, produksi PHR diharapkan tidak menurun seharipun. WK Rokan diharapkan produktif menghasilkan ketersediaan minyak bagi masyarakat Indonesia.( Rlsphr/dpc)
Posting Komentar