DURI – ( detikperjuangan.com) Berawal dari keprihatinan kian sulitnya mencari ikan di sungai, Datuk Abian (36) rela menjadikan rumahnya menjadi bank sampah. Tumpukan barang bekas seperti karton, botol, plastik, kaleng, kertas, maupun besi kini memenuhi sejumlah sudut rumahnya. Dia menjadi pelopor dan penggerak kesadaran kebersihan lingkungan di desanya.
Datuk Abian adalah Kepala Suku Sakai Bomban Petani yang berdomisili di Desa Petani, Kecamatan Bathin Solapan, Bengkalis. Sehari-hari ayah tiga anak ini bekerja sebagai petani dan nelayan. Hidupnya bergantung pada hasil tangkapan ikan dari sungai Batang Pudu yang tak jauh dari tempat tinggalnya.
Namun, semakin hari Datuk Abian merasa semakin sulit mendapatkan ikan. Kondisi sungai mulai dipenuhi beragam sampah yang dibuang sembarangan. Sampah-sampah seperti plastik, botol maupun sampah rumah tangga lainnya tampak hanyut berseliweran di sungai. Sungguh tak sedap dipandang mata, sekaligus mengancam sumber penghidupan Datuk Abian dan warga Suku Sakai lainnya yang tinggal di sana.
”Saya kemudian mengajak beberapa teman untuk mulai membersihkan sungai dari sampah,” ungkap Datuk Abian, tamatan SMPN 01 Bengkalis itu. Waktu itu, dia hanya berpikir bagaimana menyelamatkan sungai untuk menjaga sumber penghidupan keluarganya dan warga Suku Sakai pada umumnya. Kisah tercemarnya sungai tersebut ditulis dalam sebuah buku yang berjudul ”Tangisan Batang Pudu” karya Musa Ismail pada 2020 lalu.
Lambat laun, Datuk Abian menyadari bahwa pembersihan sungai juga harus dilakukan dari hulunya: bagaimana membuat masyarakat tidak membuang sampah sembarangan ke sungai. Datuk Abian pun belajar tentang pengelolaan sampah. Dia mulai rutin mengunjungi sebuah bank sampah di Kelurahan Pematang Pudu, tak jauh dari desanya. Dia belajar bagaimana mengumpulkan dan memilah sampah agar bernilai ekonomis. Agar masyarakat tertarik mengelola dan memilah sampah sehingga lingkungan menjadi bersih sekaligus menambah pendapatan keluarga.
”Saya salut dengan semangat juang Abian dalam membangun bank sampah. Hingga sekarang, kami masih bertukar informasi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk bank sampah,” kata Lambas Hutabarat, pengelola Bank Sampah Pematang Pudu Bersih (BSPPB) yang banyak membagikan ilmunya kepada Datuk Abian. Lambas juga mengaku senang dengan kemajuan Datuk Abian yang kini semakin percaya diri.
Setiap hari Kabupaten Bengkalis diperkirakan menghasilkan 27 ton sampah. Jumlah itu merupakan terbanyak keempat di antara 12 kabupaten/ kota di Provinsi Riau. Sekitar 47 persen dari total volume sampah merupakan sampah rumah tangga. Artinya, jika pengelolaan sampah dimulai sejak dari lingkungan rumah tangga, berarti hampir separo permasalahan sampah teratasi.
Datuk Abian mulai merintis pendirian Bank Sampah Sakai Indah Baromban Petani (BSSIBP) pada 2017. Dia terus berkonsultasi dengan Lambas. Sampah-sampah yang dia kumpulkan mulai dipilah dan dipilih yang masih bernilai ekonomis.
Pada awalnya, perjuangan suami dari Indah Sari ini tidaklah mudah. Dia harus berjuang meyakinkan warga di desanya agar membiasakan diri untuk memilah sampah rumah tangga. Selain lingkungan menjadi bersih, lanjut Datuk, kebiasaan itu dapat menambah pendapatan keluarga melalui tabungan sampah di bank sampah.
Datuk Abian mengatakan, pendirian BSSIBP bukan untuk mencari keuntungan pribadi. Langkahnya murni sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan. Dia ingin melihat desanya bebas dari sampah, termasuk sungai yang menjadi sumber penghidupan warga Suku Sakai. Saat ini, Datuk Abian masih menjalankan pekerjaan sehari-harinya sebagai petani dan nelayan untuk menghidupi keluarganya.
BSSIBP terus berkembang menjadi sentra pengelolaan sampah. Tahun 2021 lalu, mereka mendapatkan bantuan peralatan pendukung dari PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), di antaranya mesin press hidrolik, kendaraan operasional, dan pelatihan untuk mendukung pengembangan BSSIBP. Kehadiran BSSIBP selaras dengan rencana Pemkab Bengkalis untuk merealisasikan bank sampah di seluruh kecamatan.
Dalam peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) pada Senin (21/2) lalu, BSSIBP menandatangani kerja sama pengelolaan sampah dengan sejumlah sekolah --mulai tingkat SD hingga SMA-- di Kecamatan Bathin Solapan. Mereka dirangkul menjadi mitra atau unit bank sampah untuk memupuk kepedulian terhadap pemilahan dan pengelolaan sampah sejak usia dini. Para siswa dibiasakan menabung sampah melalui BSSIBP. Gerakan ini sekaligus membantu percepatan Sekolah Adiwiyata di wilayah tersebut.
“Keberadaan bank sampah yang dikelola Abian tidak hanya membantu menyelesaikan permasalahan lingkungan. Namun juga perekonomian warga dengan memfasilitasi ibu-ibu PKK untuk berkreativitas,” kata Rasikun selaku Kepala Desa Petani.
BSSIBP dan BSPPB merupakan di antara bank sampah binaan PHR di Riau. Sebagai salah satu program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), PHR telah berhasil mereplikasi program bank sampah ke 40 lokasi di berbagai kabupaten/ kota. PHR menggandeng Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Lancang Kuning (Unilak) sebagai mitra pelaksana program.
Istilah ”mengubah sampah menjadi rupiah” bukan lagi isapan jempol belaka. Ketekunan dan kegigihan Datuk Abian bersama rekan-rekannya terbukti mampu memberikan pemasukan tambahan bagi masyarakat sekitar, sekaligus menjadikan lingkungan menjadi bersih.
BSSIBP kini juga memiliki galeri sendiri untuk memamerkan barang hasil kreativitas anggotanya. Barang bekas plastik, botol hingga kertas diubah menjadi barang yang memiliki nilai guna seperti tas belanja, hiasan meja, dan lain-lain. Barang-barang tersebut dipromosikan melalui media sosial maupun langsung kepada calon pembeli di berbagai acara.( PAS/dpc)
Posting Komentar